Rumpun Ilmu Pengetahuan Alam dalam Perspektif Islam dan Barat
DISUSUN OLEH :
RICKY SETIAWAN
HENNY NI’MATUZZAHRI
MUTIA MUTMA’INNAH
DINI SAFITRI
IQMA ZAHRA
KELAS: I C
DOSEN PENGAMPU : AKIP, M.S.I
MATA KULIAH : ISLAM
DAN ILMU PENGETAHUAN
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-QUR’AN AL-ITTIFAQIAH
INDRALAYA OGAN ILIR SUMATERA SELATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
A.Pengertuan
Ilmu Alam
Ilmu alam
terkait dengan istilah“ positivistic ”merujuk kepada pendekatan logis untuk
mempelajari alam semesta secara objektif, tidak hidup dan di dunia fisik.
Ilmu
pengetahuan alam atau sains (science)diambil dari kata latin scientia yang arti
harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus ilmu
pengetahuan alam atau sains.Stund dan Trowbrige merumuskan bahwa sains
merupakan kumpulan pengetahuan dan proses.(Anshari, 1981)
B.Objek ilmu
alam
objek
penyelidikan adalah alam semesta
Ciri-ciri dasar
pertama yang menandai ilmu kealaman adalah, bahwa ilmu-ilmu itu melukiskasan
kenyataan menurut aspek-aspek yang memungkinkan registrasi indrawi secara
langsung.
Ilmu-ilmu
kealaman memperoleh suatu objektivitas yang khas, yaitu semata-mata bersifat
empiris-eksperimental
C.Cabang-cabang
ilmu pengetahuan alam
1.ilmu alam
2.ilmu pasti
3.ilmu
kedokteran
4.ilmu fisik
5.ilmu
pertanian
6.ilmu farmasi
7.biologi
8.antropologi
fisik
9.geologi.
D.Metode Ilmu
Alam
Alam yang
menampakkan dirinya kepada kita (the world of appearance,the phenomenal world)
dipelajari oleh ilmu pengetahuan alam dengan suatu metode sebagai berikut,
1.
Pengamat-amatan dengan seksama (observasi metodis)
2. Penggolongan
(klasifikasi)
3. Analisa data
atau fakta yang di peroleh dari observasi itu menurut kecerdasan akal, dengan
maksud menemukan hubungan yang logis antara fakta itu dan memahami makna
relatifnya
4. Menarik
kesimpulan induktif dan deduktif dari hasil-hasil analisa itu
5. Penglukisan
(deskripsi fungsional)
6. Percobaan
(exprimen atau observasi yang disengaja secara sistimatis.
Kesemuanya itu dilakukan
dengan cermat, dengan tujuan menempatkan alam fisis empiris di bawah kekuasaan
hukum, yang memungkinkan manusia meramalkan apa yang terjadi dalam
keadaan-keadaan tertentu.Metode yang digunakan dalam ilmu alam bersifat
siklus-empirik yang menunjuk pada dua hal pokok, yaitu siklus yang mengandaikan
adanya suatu kegiatan yang dilaksanakan secara berulang-ulang, dan empirik yang
menunjuk pada sifat bahan yang diselidiki (bersifat indrawi).
E.Hakikat ilmu
pengetahuan alam
Ilmu pengetahuan alam sebagai produk merupakan
kumpulan hasil kegiatan emperik dan kegiatan analisis yang dilakukan oleh para
ilmuwan selam berabad-abad.
Ilmu
pengetahuan alam sebagai proses,memahami bagaimana menghubungkan fakta dan memahami bagaimana menghubungkan
fakta-fakta untuk menginterpreatasikan.
Ilmu
pemgetahuan alam sebagai sikap ilmiah,dalam memecahkan suatu masalah,seorang
ilmuwan sering berusaha mengambil sikap tertentu yang memungkinkan usaha
mencapai hasil yang diharapkan.
F.Ciri ciri
ilmu pengetahuan alam
·
Objektif
·
Metodis
·
Sistematis
·
Universal
G.Rumpun Ilmu
Pengetahuan Alam dalam Perspektif Islam dan Barat
Baik Islam
maupun Barat, keduanya sama-sama menempatkan ilmu sebagai sesuatu yang amat
sangat penting. Dalam pandangan Islam, tidak terhitung betapa banyaknya ayat
al-Qur’an dan Hadis Rasulullah s.a.w. yang berbicara tentang pentingnya ilmu.
Kedudukan para
penuntut ilmu pun dinilai sama dengan mujahid yang sedang berjuang di jalan
Allah s.w.t. Di samping itu, orang yang memiliki ilmu dipandang sebagai pewaris
tahta kenabian setelah diutusnya nabi terakhir, Nabi Muhammad s.a.w.
Dalam peradaban
Barat pun demikian pula. Peran Barat tidak bisa dilepaskan dalam upaya
pengembangan ilmu pengetahuan. Semenjak dari masa keemasan Yunani dengan
Filsafat-nya, mencapai puncaknya ketika revolusi industri, sampai sekarang pun
Barat masih menjadi ujung tombak bagi peradaban ilmu.
Akan tetapi
walaupun demikian, baik Islam maupun Barat, keduanya memiliki pandangan yang
berbeda terkait dengan hakikat ilmu. Islam mengakui bahwa ilmu itu adalah milik
Allah s.w.t. Sekuat apa pun manusia berusaha untuk menggapainya, jika tanpa
kuasa dari Sang Pemilik ilmu, maka manusia tidak akan mampu untuk meraih dan
menggapainya.
Sekalipun
semuanya bergantung kepada kehendak Allah s.w.t., lalu manusia berlepas tangan
sajakah? Maka ini pun adalah kesalahan. Manusia tetap beredar di jalannya,
berusaha mencari ilmu, karena biasanya proses tidak akan pernah mengkhianati
hasil. Jadi, dalam pandangan Islam, ilmu pada hakikatnya adalah milik Allah
s.w.t.
Berbeda dengan
konsep ilmu yang berkembang pada peradaban Barat. Bagi mereka, ilmu hanya akan
bisa diusahakan melalui akal dan panca indra semata. Selagi manusia mau
berusaha menggunakan akalnya, maka mereka akan mendapatkan ilmu.
Namun, ketika
mereka berhenti menggunakan akalnya, maka disitulah manusia dianggap tiada.
Bagi mereka peran akal lebih dominan dibandingkan dengan wahyu, dan bahkan
mereka tidak mengakui otoritas wahyu sebagai sumber ilmu.
Jadi, dalam
memandang hakikat ilmu, Islam dan Barat memiliki pandangan yang berbeda. Jika
Islam mengatakan ilmu adalah milik Allah s.w.t., dan bersumber dari-Nya, maka
Barat mengatakan bahwa ilmu itu bersumber dari akal dan panca indra manusia.
Dari sisi
objek, baik Islam maupun Barat sama-sama mengakui bahwa ilmu itu memiliki objek
formal dan objek materil. Namun, yang menjadi permasalahannnya adalah apakah
objek ilmu itu hanya terdapat pada alam fisik saja atau melebihi itu semua
sampai menembus alam metafisik. Di sinilah letak perbedaan pandangan antara
Islam dan Barat.
Epistemologi
Islam mengakui bahwa objek ilmu itu berada pada alam fisik yang bisa dirasa dan
dipikirkan, kemudian juga termasuk alam metafisik, yang tidak bisa dijangkau
oleh akal dan indra manusia. Maka di sini, Islam menggunakan konsep wahyu untuk
memahaminya.
Adapun
epistemologi Barat, mereka tidak mengakui adanya alam metafisik tersebut. Bagi
mereka objek ilmu itu hanyalah apa yang bisa diindra dan apa yang bisa
dipikirkan oleh akal manusia. Oleh karenanya, jika sesuatu berhubungan dengan
alam metafisik, maka itu bukan bagian dari ilmu.
Di sinilah
letak perbedaan antara konsep Islam dan Barat dalam menyikapi objek ilmu. Bagi
Islam objek ilmu itu meliputi alam fisik dan metafisik. Sedangkan Barat hanya
mengakui terbatas pada alam fisik saja.
Di sisi lain,
Islam mengakui bahwa ilmu itu bersumber dari akal atau rasio manusia. Islam
juga mengakui bahwa ilmu bersumber dari pengalaman-pengalaman manusia. Islam
juga mengakui intuisi sebagai sumber ilmu. Terlebih lagi, wahyu merupakan
sumber pamungkas ilmu dalam konsep Islam.
Wahyu berada
pada urutan pertama dan menempati posisi yang sangat penting dibandingkan
dengan sumber-sumber lainnya. Karena kebenaran wahyu itu bersifat mutlak dan
benar-benar berasal dari Allah s.w.t.
Berbeda dengan
Barat, mereka menafikan wahyu dan intuisi sebagai sumber ilmu. Baginya sumber
ilmu itu hanya ada dua macam, yaitu akal dan pengalaman manusia. Bagi mereka
yang menganut paham rasionalisme, ilmu itu bersumber dari akalnya. Ilmu itu
bersumber dari pengalaman, bagi mereka yang menganut paham empirisme.
Dari sisi
orientasi, Islam memahami bahwa ilmu itu akan mengantarkan manusia kepada
pengakuan akan kebesaran Tuhan-nya, pengakuan akan adanya yang Maha Besar di
antara yang besar, pengakuan bahwa tidak ada yang berhak disembah melainkan
Dia, tidak ada yang pantas ditakuti kecuali Dia.
Jadi, muara
ilmu itu adalah pengakuan akan eksistensi Tuhan, yaitu Allah s.w.t. Di samping
itu, semakin banyak ilmu seseorang, maka akan bertambah rasa takutnya kepada
Sang Pencipta. Bukan malah bertambah angkuh dan sombong, tetapi dengan ilmu ia
semakin mengenal Tuhan-nya dan bertambah ketakutan kepada-Nya.
Berbeda dengan
Barat, dalam konsep mereka, ilmu itu tidak bermuara kepada Tuhan. Karena mereka
tidak mengakui adanya wahyu sebagai sumber ilmu, maka ilmu yang mereka miliki
itu tidak akan membawanya kepada kebenaran.
H.Tokoh-Tokoh
Ilmu Pengetahuan Alam
1.Albert
Einstein
Ia mengemukakan teori relativitas. Kata
Einstein dianggap berarti kecerdasan atau genius. Untuk menghargai atas
jasa-jasanya, sebuah satuan dalam fotokimia dinamai Einstein, sebuah unsure
kimia dinamai einsteinium, dan sebuah asteroid dinamai 2001 Einstein. Rumus
yang paling terkenal adalah E=mc².
2.Aristoteles
Tulisan-tulisan
Aristoteles adalah yang pertama membuat system yang komprehensif filsafat
Barat, meliputi moralitas, estetika, logika, ilmu pengetahuan, politik, dan
metafisika. Meskipun Ia menulis risalah yang elegan banyak dan dialog,
diperkirakan bahwa sebagian tulisan-tulisannya hilang dan hanya sekitar
sepertiga dari karya asli telah bertahan.
3.Galilio
GaliIei
Ia telah menyempurnakan teleskop,
mengamati berbagai pengamatan astronomi danjuga dikenal sebagai seorang
pendukung Copernicus mengenai peredaran bumi mengelilingi matahari. Galileo
dianggap sebagai penyumbang terbesar bagi dunia sains modern, dan sering
disebut sebagai “Bapak Astronomi Modern”, “Bapak Fisika Modern’, dan “Bapak Sains”.
4.Georg Ohm
Ia adalah
seorang ahli fisika dan matematika. Ia menggunakan peralatan ciptaanya sendiri
dan menemukan bahwa ada proporsionalitas langsung antara beda potensial
diterapkan di konduktor dan resultan arus listrik, hubungan ini dikenal dengan
Hukum Ohm.
5.John Dalton
Ia adalah
seorang ahli kimia, ahli meteorologi dan fisikawan. Ia dikenal karena
kepeloporannya dalam pengembangan modern teori atom, Hukum Proporsi, Hukum Dalton
Tekanan Parsial, dan Daltonism.
6.Sir Isaac
Newton
Ia adalah seorang fisikawan,
matematikawan, ahli astronomi, filsuf alam, alkimiawan, dan teolog. Ia adalah
pengikut dari aliran heliosentris dan ilmuwan yang sangat berpengaruh sepanjang
sejarah dan dikatakan sebagai bapak ilmu fisika klasik. Newton menjabarkan
hokum gravitasi dan tiga hukum gerak yang mendominasi pandangan sains dalam
karyanya.
7.Charles
Robert Darwin
Ia seorang
naturalis Inggris yang teori revolusionernya meletakkan landasan bagi teori
evolusi modern dan prinsip garis keturunan yang sama (common descent) dengan
mengajukan seleksi alam sebagai mekanismenya. Teori ini kini dianggap sebagai
komponen integral dari biologi (ilmu hayat).
8.Louis Pasteur
Ia berhasil
menemukan cara mencegah pembusukan makanan hingga beberapa waktu lamanya dengan
proses pemanasan yang biasa disebut pasteurisasi.
I.Hubungan
Agama Islam dan Ilmu Alam
Untuk
melihat hubungan antara
Islam dan sains
perlu dilakukan klarifikasi yang mendalam. Saat ini, banyak
orang yang salah paham dalam memandang Islam – yang sebagaimana dipahami oleh
orang selain Muslim – bahwa Islam hanya sekedar agama yang
sepadan dengan agama
Kristen, Hindu, Buddha,
dan bahkan juga kepercayaan animism-dinamisme lainnya.
Tentu hal ini
dilihat – khususnya
oleh orang Barat – sebagai bangsa yang saat ini berkembang dalam hal
sains dan teknologi, sebagai sejarah mereka pada zaman di mana mereka dikuasai
oleh Gereja (Dark Age). Dengan
asumsi mereka bahwa
agama sangat bertentangan
dengan sains dan teknologi.
Sains dan agama
di Barat memiliki hubungan yang
kontradiktif sebagaimana telah ada dalam
paparan di atas.
Sedangkan tradisi keilmuan
di Barat selalu mengalami diskurus
yang berkutat pada
realisme empiris dan
rasionalis, bahkan berujung hingga
penafian intuisi serta
keberadaan wahyu Ilahi
dari Allah. Dengan demikian, sains
dan agama di
Barat akhirnya tidak
mengandung hubungan sama sekali.
Hal ini berbeda
secara diametral dengan
tradisi keilmuan yang
ada dalam Islam. Meskipun Islam
menerima rasio, akal, dan realitas alam semesta sebagai suatu hal yang empiris
dan faktual, namun lebih
jauh lagi Islam mengakui adanya
dimensi metafisik berupa nilai
kebenaran, adab, dan
iman yang terkandung
dalam realitas tersebut. Tentunya
ke semuanya bersumber dari
pengakuan kepada wahyu
Allah sebagai otoritas dan sumber kebenaran yang mutlak.
Namun tentunya
pengetahuan mengenai Islam dalam tataran
yang mendalam tersebut masih perlu
banyak disebarkan untuk
diketahui orang. Karena
saat ini, realitas dan fakta menunjukkan bahwa kondisi umat
Islam sangatlah tidak beruntung karena tertinggal dalam segi ilmu
pengetahuan (sains) dan teknologi yang berakar dari turunnya perkembangan
tradisi keilmuan pada orang muslim itu
sendiri. Hal tersebut berimplikasi
pada masuknya worldview
dan pandangan hidup
Barat dalam kesehariannya.
Jika seseorang,
bahkan juga seorang muslim melihat sains
dan agama dengan worldview Barat, maka
antara sains dan
Islam (sebagai agama)
tidak ada hubungannya. Sebagaimana
sains merupakan hal
yang ilmiah dan
materialistis sedangkan
agama adalah urusan
pribadi (private). Seorang
saintis, bahkan saintis muslim namun memiliki framework berpikir sekuler,
tentu juga akan berpikir bahwa hubungan sains dan
Islam adalah negatif, bahkan sains
Islam akan dianggap omong
kosong karena pendapatnya
bahwa ilmu dan sains
adalah netral. Hal
tersebut juga akan terjadi pada
sarjana muslim yang tidak mempelajari Islam secara mendalam dan filosofis, sehingga
ia menganggap Islam
hanya sekedar ritual
keagamaan tanpa memiliki dimensi
yang lebih luas.
Yang seharusnya
terjadi, bahwa antara
sains dan Islam
memiliki hubungan yang sangat
erat, karena sains Islam adalah lahir dari worldview dan pandangan hidup Islam
yang terderivasi dari al-Qur’an dan Hadits sebagai otoritas kebenaran. Dan kita
tidak boleh memaknai
sains dan agama sebagaimana yang
ada dalam tradisi Barat, atau bahkan melihatnya dengan
framework berpikir Barat. Karena jika demikian, kita akan ikut berkesimpulan
bahwa dalam sains dan agama tidak ada hubungan apapun.